Sunday, August 24, 2014

Parvo vs Puppy
Di awal tahun 2014, saya memelihara 2 ekor anak anjing. Yang pertama, bernama Nonik anjing mungil berwarna hitam diberikan teman adik saya dari Klungkung dan yang kedua berwarna hitam, bernama Shiro adalah anjing Kintamani. Beberapa bulan setelah berada di rumah saya, ternyata Shiro sakit. Muntah dan tidak nafsu makan. Dua hari kemudian, Shiro tidak bisa diselamatkan lagi. Beberapa hari kemudian, Nonik juga mengalami keadaan yang sama. Tidak memiliki nafsu makan dan sama sekali tidak agresif seperti anjing normal. Nonik sempat dibawa ke mantri hewan dan diberikan injeksi namun setelah beberapa hari nyawanya juga tidak tertolong. Setelah saya googling ternyata ciri-ciri penyakit anjing tersebut sama seperti Virus Parvo yang menyerang anak anjing.
Kenyataan telah kehilangan dua anak anjing kesayangan tidak membuat saya dan adik saya jera. Kami mencoba lebih perhatian saat kembali memelihara anak anjing. Kali ini anjing jenis Pomeria (Mix Mini pom) berwarna hitam bernama Rubby. Setelah beberapa waktu berada di rumah, Rubby beberapa kali muntah tetapi dia tetap memiliki nafsu makan. Kami mengira mungkin karena faktor makanan atau bermain terlalu berlebihan setelah makan. Namun, yang mengkhawatirkan adalah ketika muntah terakhir dia tidak mempunyai nafsu makan dan hanya terdiam di kandangnya.
Semua orang panik dan kami membawa langsung ke dokter hewan terdekat. Setelah saya ceritakan tentang kejadian kedua anak anjing sebelumnya, dokterpun mengira bahwa itu adalah Virus Parvo yang menyerang Rubby. Dokter menyuruh memberikan sirup Guanistep dan memberikan putih telur agar tidak dehidrasi dan punya tenaga. Setelah diberikan putih telur dan sirup tersebut, keadaannya lebih baik. Namun, besoknya keadaannya kembali seperti saat sebelum mendapatkan obat. Kami harus memberikan obat secara paksa dan setelah dua hari kami membawa kembali ke dokter karena fesesnya bercampur darah dan tubuhnya mengeluarkan bau yang sangat khas. Fase ini adalah fase yang paling mengkhawatirkan karena pada saat anjing mengeluarkan feses bercampur darah berarti antara hidup dan mati. Dokter mengatakan kesempatan hidupnya 1:10.
Huff... menghela nafas panjang. Hanya bisa pasrah dan berusaha memaksa memasukkan obat ke dalam tubuhnya yang sudah semakin kekurangan makanan dan cairan. Dokter menyarankan obat tradisional yaitu daun temen, kunyit dan madu yang ditumbuk dan diambil airnya. Putih telur juga ditambahkan sebagai pengganti makanan. Pemberian sirup guanistep juga masih terus dilanjutkan.
Seminggu lebih kami sekeluarga mengurus Rubby seperti bayi. Saat melihat dia tidak makan, saya jadi merasa tidak lapar. sungguh kasihan sekali melihat wajahnya yang kusut dan baunya yang sudah tidak normal. Namun, dalam beberapa hari telah ada perubahan, mulai dari dia tidak perlu dipaksa minum air, obat dan sirup. Ini sebuah pertanda baik. Sekitar 3 hari tidak menyentuh makanan, hari keempat dia sudah nampak baik dan makan dengan sangat lahap.
Semua bersyukur dengan sembuhnya Rubby. Setelah terserang virus, binatang biasanya akan mendapat vaksin alami dan tidak akan terserang penyakit yang sama. Sama halnya dengan Rubby, dia tidak akan terserang Virus Parvo lagi.
Untuk teman-teman semua pecinta anjing, apabila anjing anda terserang virus parvo bisa mencoba ramuan tradisional di atas dan tentunya harus dibawa ke dokter sebelumnya untuk mendapat pemeriksaan awal dan beberapa injeksi.



*Ganbatte*