Parvo vs Puppy
Di awal tahun 2014, saya memelihara 2 ekor anak
anjing. Yang pertama, bernama Nonik anjing mungil berwarna hitam diberikan
teman adik saya dari Klungkung dan yang kedua berwarna hitam, bernama Shiro
adalah anjing Kintamani. Beberapa bulan setelah berada di rumah saya, ternyata
Shiro sakit. Muntah dan tidak nafsu makan. Dua hari kemudian, Shiro tidak bisa
diselamatkan lagi. Beberapa hari kemudian, Nonik juga mengalami keadaan yang
sama. Tidak memiliki nafsu makan dan sama sekali tidak agresif seperti anjing normal.
Nonik sempat dibawa ke mantri hewan dan diberikan injeksi namun setelah
beberapa hari nyawanya juga tidak tertolong. Setelah saya googling ternyata
ciri-ciri penyakit anjing tersebut sama seperti Virus Parvo yang menyerang anak
anjing.
Kenyataan telah kehilangan dua anak anjing
kesayangan tidak membuat saya dan adik saya jera. Kami mencoba lebih perhatian
saat kembali memelihara anak anjing. Kali ini anjing jenis Pomeria (Mix Mini
pom) berwarna hitam bernama Rubby. Setelah beberapa waktu berada di rumah,
Rubby beberapa kali muntah tetapi dia tetap memiliki nafsu makan. Kami mengira
mungkin karena faktor makanan atau bermain terlalu berlebihan setelah makan.
Namun, yang mengkhawatirkan adalah ketika muntah terakhir dia tidak mempunyai
nafsu makan dan hanya terdiam di kandangnya.
Semua orang panik dan kami membawa langsung ke
dokter hewan terdekat. Setelah saya ceritakan tentang kejadian kedua anak
anjing sebelumnya, dokterpun mengira bahwa itu adalah Virus Parvo yang
menyerang Rubby. Dokter menyuruh memberikan sirup Guanistep dan memberikan
putih telur agar tidak dehidrasi dan punya tenaga. Setelah diberikan putih
telur dan sirup tersebut, keadaannya lebih baik. Namun, besoknya keadaannya
kembali seperti saat sebelum mendapatkan obat. Kami harus memberikan obat
secara paksa dan setelah dua hari kami membawa kembali ke dokter karena
fesesnya bercampur darah dan tubuhnya mengeluarkan bau yang sangat khas. Fase
ini adalah fase yang paling mengkhawatirkan karena pada saat anjing
mengeluarkan feses bercampur darah berarti antara hidup dan mati. Dokter
mengatakan kesempatan hidupnya 1:10.
Huff... menghela nafas panjang. Hanya bisa pasrah
dan berusaha memaksa memasukkan obat ke dalam tubuhnya yang sudah semakin
kekurangan makanan dan cairan. Dokter menyarankan obat tradisional yaitu daun
temen, kunyit dan madu yang ditumbuk dan diambil airnya. Putih telur juga
ditambahkan sebagai pengganti makanan. Pemberian sirup guanistep juga masih
terus dilanjutkan.
Seminggu lebih kami sekeluarga mengurus Rubby
seperti bayi. Saat melihat dia tidak makan, saya jadi merasa tidak lapar.
sungguh kasihan sekali melihat wajahnya yang kusut dan baunya yang sudah tidak
normal. Namun, dalam beberapa hari telah ada perubahan, mulai dari dia tidak
perlu dipaksa minum air, obat dan sirup. Ini sebuah pertanda baik. Sekitar 3
hari tidak menyentuh makanan, hari keempat dia sudah nampak baik dan makan
dengan sangat lahap.
Semua bersyukur dengan sembuhnya Rubby. Setelah
terserang virus, binatang biasanya akan mendapat vaksin alami dan tidak akan
terserang penyakit yang sama. Sama halnya dengan Rubby, dia tidak akan
terserang Virus Parvo lagi.
Untuk teman-teman semua pecinta anjing, apabila
anjing anda terserang virus parvo bisa mencoba ramuan tradisional di atas dan
tentunya harus dibawa ke dokter sebelumnya untuk mendapat pemeriksaan awal dan
beberapa injeksi.
*Ganbatte*